Senin, 18 Januari 2016

PENDIDIKAN - HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS)



Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali diperkenalkan oleh Benjamin.S.Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.usun
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
  1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
  2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
  3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan olehKi Hajar Dewantoro , yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.


Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama.

Pengertian Higher Order Thinking Skills (HOTS)
Keterampilan berpikir tingkat tinggi atau dikenal dengan istilah Higher Order Thingking Skills (HOTS) pada Taksonomi Bloom, merupakan urutan tingkatan berpikir (kognitif) dari tingkat rendah ke tinggi. Pada ranah kognitifnya, HOTS berada pada level analisis, sintesis dan evaluasi. HOTS pertama kali dimunculkan pada tahun 1990 dan direvisi tahun 1990 agar lebih relevan digunakan oleh dunia pendidikan abad ke-21. HOTS versi lama berupa kata benda yaitu: Pengetahuan, Pemahaman, Terapan, Analisis, Sintesis, Evaluasi. Sedangkan HOTS setelah direvisi menjadi kata kerja: Mengingat, Memahami, Menerapkan, Menganalisis, Mengevaluasi, dan Mencipta. 

.PENDAPAT AHLI TENTANG HOTS
Menurut Mustaji (2012), definisi berpikir masih diperdebatkan di kalangan pakar pendidikan. Diantara mereka masih terdapat pandangan yang berbeda-beda. Walaupun tafsiran itu berbeda-beda, namun umumnya para tokoh pemikir setuju bahwa pemikiran dapat dikaitkan dengan proses untuk membuat keputusan dan menyelesaikan masalah. Berpikir ialah proses menggunakan pikiran untuk mencari makna dan pemahaman terhadap sesuatu.
     
   Menurut Krulik dan Rudnick (1999) di dalam artikel Idris Harta, keterampilan berfikir terdiri dari empat tingkat, yaitu menghafal (recall thinking), dasar (basic thinking), kritis (critical thinking), dan kreatif (creative thinking).

·         Keterampilan Menghafal hampir otomatis atau bersifat refleksif.
Contoh dari keterampilan ini adalah menghafal perkalian (9x8=72) dan penjumlahan (7+3=10). Menghafal jalan menuju suatu tempat, menghafal sejarah nasional indonesia, juga termasuk dalam keterampilan ini.  Siswa, khususnya pada kelas awal, seringkali dipaksa menghafal fakta-fakta.

·        Keterampilan Dasar.
Keterampilan ini mencakup konsep-konsep seperti penjumlahan, pengurangan, pembagian dan perkalian, termasuk aplikasi dalam soal. Contoh dari konsep pembagian adalah jika diketahui harga 1 pak DVD berisi 100 keping adalah 90.000, siswa disuruh mencari harga satuan setiap keping DVD.

·        Berfikir Kritis
Menurut Schafersman, S.D. (1991) di dalam Mustaji, adalah berpikir yang benar dalam rangka mengetahui secara relevan dan reliabel tentang dunia. Berpikir kritis, adalah berpikir beralasan, mencerminkan, bertanggungjawab, kemampuan berpikir, yang difokuskan pada pengambilan keputusan terhadap apa yang diyakini atau yang harus dilakukan. Berpikir kritis adalah berpikir mengajukan pertanyaan yang sesuai, mengumpulkan informasi yang relevan, mengurutkan informasi secara efisien dan kreatif, menalar secara logis, hingga sempat pada kesimpulan yang reliabel dan terpercaya.

·        Berpikir Kreatif
Menurut Mustaji adalah berpikir secara konsisten dan terus-menerus menghasilkan sesuatu yang kreatif/orisinil sesuai dengan keperluan.

Menurut Krulik dan Rudnick (1999), di dalam artikel Idris Harta (2010), untuk mengembangkan berpikir kritis dan kreatif, diperlukan kegiatan-kegiatan lain yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa dalam bentuk menjawab pertanyaan-pertanyaan inovatif, yaitu: Adakah Cara lain? (What’s another way?), Bagaimana jika? (What if?), Manakah yang salah? (What’s wrong?), dan Apakah yang akan dilakukan (What would you do?).

Yang dibutuhkan adalah keinginan dan komitmen untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir tinggi siswa.  Selain itu dibutuhkan juga keyakinan bahwa keterampilan di atas dapat diajarkan kepada semua siswa di setiap tingkatan.  Dengan keinginan, komitmen dan keyakinan ini, kita sebagai guru akan mencapai tujuan yang diharapkan

1 komentar: